Sunday, October 7, 2018

Insomnia dan Cara Mengatasinya




Sudah berabad-abad saya akrab dengan insomnia. Vampir dong ya sampe berabad-abad. Hehehehe... Lama-lama penasaran juga kenapa saya insom terus dan apa sih penyebabnya? Lalu gimana mengatasinya? 

Jadilah saya browsing2 dan  menemukan berbagai fakta dari berbagai penelitian yang dilakukan orang-orang bule mengenai insomnia ini. Katanya, insomnia merupakan keluhan tidur yang paling umum dialami orang dewasa di Amerika Serikat (AS). Sekitar 30-40 persen mengalami insomnia dan sekitar 10-15 persen mengalami insomnia kronis.



Hal itu dipublikasikan oleh National Sleep Foundation dalam Insomnia and Sleep yang dipublikasikan dalam situsnya, Sleepfoundation.org, berdasarkan penelitian tentang gangguan tidur yang dilakukan oleh National Center for Sleep Disorders Research at the National Institutes of Health, sekitar 30-40 persen orang dewasa AS mengalami insomnia di tahun tertentu, dan sekitar 10-15 persen orang dewasa lainnya mengalami insomnia kronis, dimana insomnia berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.



Masih menurut Sleepfoundation.org, insomnia, yang dalam bahasa Latin diartikan sebagai "tidak tidur," adalah ketidakmampuan untuk tidur atau tetap tertidur. Insomnia juga digunakan untuk menggambarkan kondisi tubuh yang tidak segar saat bangun. Insomnia dapat menjadi masalah utama dalam diri individu atau karena penyebab lain, seperti gejala dari beberapa penyakit, atau kondisi lainnya seperti penggunaan obat-obatan.



Nah, supaya lebih komplit lagi penjelasannya, saya juga mewawancarai Dr. Andri, SpKJ, FAPM Psychosomatic Medicine Specialist dari RS Omni Alam Sutera. Begini kata beliau, “Ketika menemukan kasus insomnia, harus dilihat dahulu apakah ini merupakan insomnia yang terkait dengan gangguan medis lain, seperti penyakit jantung, kencing manis, prostat pada pria, penyakit paru obstruktif, radang sendi, atau kanker. Atau bisa juga insomnia yang terkait dengan gangguan kejiwaan seperti depresi, gangguan cemas, atau skizofrenia.”



Lebih lanjut Andri memaparkan tentang penyebab insomnia karena pola tidur, “Banyak kasus anak muda sekarang mengalami insomnia terkait dengan perubahan pola tidur yang berlangsung lama seperti suka bergadang, bekerja shift malam atau sampai dini hari, sehingga melewati batasan waktu tidur yang sebaiknya terjadi yaitu sebelum jam 12 malam.”



SOLUSINYA
Untuk mengatasi insomnia, menurut Andri, harus diatasi dahulu keluhan dasarnya, dan jika ada penyakit, diobati dahulu penyakit dasarnya. “Jika ada masalah gangguan jiwa, diobati gangguan jiwanya maka gangguan tidurnya juga akan membaik. Pada kasus yang berkaitan dengan perubahan pola tidur, perbaiki pola tidurnya,” saran Andri.



Mengenai obat yang harus dikonsumsi, psikiater ini menjelaskan bahwa pada beberapa kasus berat, obat insomnia yang sifatnya hipnotik tanpa efek samping sedatif/menenangkan lebih disarankan. “Apalagi kalau bisa yang bukan golongan benzodiazepine. Kalau tidak bisa juga maka dapat menggunakan obat antiinsomnia yang sifatnya menidurkan saja seperti estazolam. Salahnya, suka sekali pasien diberikan obat antiinsomnia golongan benzodiazepine yang efeknya menenangkan saja, seperti alprazolam, dikenal dengan merek Xanax. Akhirnya malah suka keterusan dan susah lepas karena seringkali dasar penyakit penyebabnya justru tidak disembuhkan,” tutupnya. 

Nah..nah... jadi, telusuri dulu ya penyebab utamanya apa? Sehingga memudahkan dokter untuk memberi solusinya. Jadi jangan ujug2 gak bisa tidur langsung minum obat tidur yaa... Kudu wajib konsultasi ke dokter! #mamipanda

Tulisan ini pernah dimuat di MALE Magazine by Detikcom

No comments:

Post a Comment