Pada umumnya laki-laki lebih banyak mendominasi kegiatan
bercinta.
Namun tak sedikit pula yang menyukai kendali atas dirinya, dikuasai
oleh perempuan.
Sebut saja Dandy (27), kerap mempraktikan berbagai variasi
bercinta, salah satunya adalah femdom -kependekan dari female
dominance. Bersama Ve (29) ia mengaku sangat menikmati aktivitas seksual
tersebut. “Melihat Ve berada di atas saya, memacu jalannya permainan, membuat
saya semakin turn on dan suasana terasa lebih 'panas',” aku Dandy.
Bahkan tak jarang Ve mengikat kedua tangan Dandy ke sisi ranjang hingga tak
bisa berbuat apa-apa. Kontrol sepenuhnya di bawah kendali Ve. Ganasnya Ve
justru menjadi kenikmatan tak terbantahkan bagi Dandy.
Kepribadian Submisif
Gambaran female dominance seperti yang dilakukan
Dandy dan Ve, biasanya dapat kita temukan dalam alur cerita di novel dewasa
ataupun film biru. Dapat dikatakan bahwa 'femdom' ini merupakan bagian
dari BDSM -BD yaitu bondage dan discipline, DS alias
dominance dan submission, dan SM
alias sadism dan
masochism. Menurut
DR. Dono Baswardono, AISEC,
MA, PhD, bentuk dominasi dalam perilaku seksual semacam ini sangat luas, yang
ekstrim bisa saja sampai melibatkan pemukulan, pencambukan, atau seks anal (dengan
penis plastik yang diikatkan pada pinggang si perempuan, dsb. Akan tetapi tak
sedikit laki-laki heteroseksual yang suka 'dipaksa' melakukan seks oral
terhadap pasangannya, disebut dengan cunnilingus, ini juga bentuk dominasi.
Konselor pernikahan dan
keluarga, seksolog, psikoanalis sekaligus grafologis ini juga mengungkapkan, laki-laki penyuka perempuan 'domina' atau 'domme' kepribadiannya submisif, suka diatur. Jika
ditarik lagi ke belakang, selama hidupnya laki-laki seperti ini terlalu diatur
oleh sang ibu, bahkan mungkin saja adalah korban kekerasan ibunya. Maka saat
dewasa, ia juga mencari pasangan yang mampu mendominasi dirinya.
Sementara femdom dari sisi perempuan jumlahnya sekitar 25%
dari seluruh pelaku BDSM. “Mereka biasanya dibesarkan oleh ibu yang juga sangat
dominan dalam kehidupan sehari-hari, sementara ayahnya sangat submisif. Sewaktu
kecil mereka sering melihat ayahnya disuruh-suruh ibunya, bahkan di depan umum,” urai Dono.
Perilaku Sehari-hari
Lain di ranjang, lain pula dengan penampilan
keseharian mereka. “Pada perempuan, ada sebagian kecil yang penampilan
sehari-harinya berbeda tapi kebanyakan femdom tampilannya justru tidak galak atau
sangar. Bisa sangat tertib, pola hidup kaku, manajemen waktu sangat baik,
perfeksionis, manis dan ramah tapi sulit dilawan karena selalu benar. Sedangkan
pada laki-laki biasanya sehari-hari juga submisif, suka mengalah, tidak
kompetitif, walau secara fisik tubuhnya bisa saja gagah, kuat,” tambah Dono.
Lalu, apakah hal
demikian dapat dikategorikan sebagai kelainan? “Jika
sebatas selingan, sesekali sebagai pembuktian atas fantasi bersama, tindakan
dominasi 'ringan' - seperti cunnilingus
tadi- tidak dianggap sebagai penyimpangan, khususnya jika disepakati bersama.
Namun, bila frekuensinya sering dan memaksa pasangan, maka itu penyimpangan,”
tutup Dono. #mamipanda
Artikel ini pernah dimuat di MALE Digital Magazine by Detikcom
No comments:
Post a Comment