Saturday, October 6, 2018

PHOBIA, Unreasonable Fear - Terasa Sangat Menakutkan dan Tidak Masuk Akal



Awam melihatnya sebagai suatu hal wajar. Namun tidak demikian dengan orang yang memiliki fobia. Ya, seperti fobia yang saya derita. Saya sangat takut dengan ketinggian dan takut naik ESKALATOR!

Iyaaa... Eskalator!
Kalau di depan saya ada tangga biasa berdampingan dengan eskalator, pasti saya lebih memilih naik tangga saja. Daripada saya harus ancang2 terus satu dua tiga tapi kaki gak napak2 di eskalator, kan malah bikin antrean panjang di belakangnya.

Cerita sedikit ya flashback ke masa silam. Waktu itu saya lagi malam mingguan bersama patjar di Gramedia Matraman untuk mencari buku2 sebagai referensi penulisan skripsi. Posisi di lantai 3 kalo gak salah. Memang kalau eskalator naik saya takutnya biasa aja. Takut, tapi gak luar biasa. Berbeda kalau eskalator turun itu ngerinya RUARRRR BIASA!!!

Nah, tibalah saatnya saya harus turun dari lantai 3 ke 2 dan tidak ada pilihan lain selain eskalator. Oke, saya berhenti ketika posisi sudah di depan eskalator. Kok ngeri bangettt yaaa... ujug2 saya balik badan trus langsung nyamperin satpam. "Pak, minta tolong apakah eskalatornya bisa dimatikan dulu? Saya takut pak mau turun," pinta saya dengan sangat memelas ke Bapak Security, sementara si Patjar mukanya mulai jutek. Gak pake lama Pak Satpam bergegas mematikan eskalator dan orang-orang yang ada di situ pun pada bertanya-tanya ada apa gerangan. Malu? Sudah pasti. Tapi daripada saya semaleman di Gramedia, ga pulang-pulang. Mending malu sebentar deh. Sudah tak saya hiraukan lagi tatapan2 aneh yang memandang ke saya. Akhirnya, saya sampai di lantai dasar dengan selamat. Tapi... si PATJAR MURKAAAAA ...! "Ngapain sih kamu sampe minta satpam matiin eskalatornya segala? Kan malu taukkk diliatin orang-orang. Kamu kan bisa pegangan aku. Malu taukkk maluuuu...!!!" cerocosnya sambil bersungut-sungut. 

Yah gimana dong yaaa, saya cuma bisa diem sambil masih menetralisir ngos2an akibat turun eskalator secara manual. Hihihihi...

Gara-gara itu juga saya penasaran, kenapa sih orang bisa sampai Phobia? Yuks simak artikel saya yang pernah dimuat di MALE Magazine by Detikcom.

“Orang-orang yang fobia, mereka merasakan suatu ketakutan dan kecemasan pada sesuatu yang sifatnya spesifik/objeknya jelas. Misal, takut dengan binatang (laba-laba, anjing, serangga), takut terhadap kejadian alam (petir, ketinggian, air), takut pada benda medis (jarum suntik, darah), takut yang sifatnya situasional (pesawat terbang, lif, ruangan tertutup),” papar psikolog klinis, FX Albino Prasodjo.

Psikolog yang berpraktik di Bethsaida Hospital, Paramount Gading Serpong ini menambahkan bahwa ada tiga kategori fobia yang utama, yaitu: Pertama, fobia spesifik, yaitu ketakutan irasional yang terus-menerus pada objek tertentu atau situasi (seperti pesawat terbang atau ruang tertutup), alam (badai atau ketinggian), binatang atau serangga (anjing atau laba-laba), darah, suntikan atau cedera (seperti pisau atau tindakan medis), fobia lainnya (suara keras atau badut). Kedua, fobia sosial, perasaan yang lebih dari sekadar rasa malu. Fobia sosial melibatkan kombinasi berlebihan antara kesadaran diri dengan rasa takut terhadap pengawasan publik atau penghinaan dalam situasi umum. Perasaan takut ditolak, dicap negatif, atau takut menyinggung perasaan orang lain. Ketiga, fobia ruang terbuka (agoraphobia), yaitu ketakutan pada situasi seperti menggunakan angkutan umum, berada di ruang terbuka atau tertutup, berdiri di tengah orang banyak, berada di luar rumah sendirian. Kebanyakan orang dengan agoraphobia semakin menjadi setelah mengalami satu atau lebih serangan panik sehingga mereka takut mengalami lagi hal tersebut dan menghindari tempat di mana itu terjadi. Agoraphobia bisa sangat parah hingga tidak bisa meninggalkan rumah.

“75% orang mempunyai fobia lebih dari satu objek atau situasi. Misal, takut terhadap tiga hal; petir, kecoa, ruang tertutup,” imbuh Albino. Lalu apa sebetunya yang menyebabkan seseorang mengalami fobia, bahkan bisa lebih dari satu jenis?

Dalam kasus spesicif phobia, individu mengalami pengalaman traumatis dengan objek fobianya. Misal, pernah digigit tawon, terjebak dalam lift, atau individu itu tidak mengalami peristiwa traumatik secara langsung tapi pernah melihat orang lain mengalami peristiwa traumatik itu. Contoh, melihat orang tenggelam di kolam renang, membaca berita hilangnya pesawat terbang dengan dugaan pilot bunuh diri,” jawab Albino.

Untuk mengatasinya, Albino menyarankan jika seseorang tidak sering berhadapan dengan fobianya, tidak menjadi masalah dan biasanya orang yang mengalami fobia akan menghindari objek yang ditakutinya itu. Namun memang ada situasi yang tidak dapat dihindari. Jika demikian, individu yang mengalami fobia biasanya akan mengalami kecemasan -mengantisipasi apa yang akan terjadi- yang diakibatkan oleh objek fobianya. Tipsnya; atur nafas hingga stabil ketika ketakutan itu muncul. Lalu bayangkan atau alihkan pikiran negatif (ketakutan) kepada sesuatu yang positif.

Tidak semua fobia membutuhkan pengobatan tetapi jika sudah mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan semakin mengganggu, barulah berkonsultasi ke profesional untuk pemeriksaan lebih lanjut. #mamipanda


2 comments:

  1. wah sepertinya enak ngobrol sama sampeyan tentang fobia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehehe repot banget kebanyakan fobia ini itu Mas!

      Delete