Sunday, May 19, 2013

Fiksi Berbalut Sejarah, Menyusuri Lorong Waktu


Judul : Kumis Penyaring Kopi (Sekumpulan Cerita Pendek)
Penulis : Pinto Anugrah
Halaman : 128 Halaman
Penerbit : Ning Publishing
Harga : Rp 45.000

Jika Anda mengira ini adalah buku tentang kopi, Anda akan tertipu. Walaupun judulnya “Kumis Penyaring Kopi” tidak serta merta bicara tentang kumis ataupun kopi. Pinto Anugrah, sang penulis memaknainya sebagai sebuah penyaring kultural bagi diri sendiri sebagai sebuah individu. 'Kumis' adalah representasi dari tubuh, sementara 'kopi' dari kultur, dan 'penyaring' sebagai representasi dari karya sang penulis sendiri. 
 
12 cerpen dalam buku ini merupakan karya penulis yang sebelumnya pernah dipublikasikan di pelbagai media nasional bahkan memenangi beberapa penghargaan untuk penulisan cerita pendek. Diantaranya meraih Cerpen Pilihan Temu Sastrawan Indonesia II 2009, Lomba Cipta Cerpen Pemuda Menpora RI 2010, Ubud Writers and Readers Festival 2011.

Sastrawan muda kelahiran Tanah Datar, Sumatra Barat, 9 Maret 1985 ini mengangkat realitas sosial dalam sebuah fiksi berbalut sejarah budaya. Baginya, artefak-artefak budaya tersebut hidup dalam dirinya dan meninggalkan tanda tanya tak berkesudahan hingga membuatnya ingin selalu menulis kisah yang berpijak pada akar sejarah budaya tanah air.

Dalam “Emma Haven” penulis bertutur soal cinta, perbedaan, dan perpisahan dengan latar zaman penjajahan Belanda. Penulis juga cukup apik membawa keharuan dalam “Bakiak” dimana ia berkisah tentang cinta sejati, kesetiaan, dan situasi politik pasca 1965. Membaca lembar demi lembar buku ini seolah melemparkan saya dalam sebuah lorong waktu, menghampiri potongan-potongan sejarah negeri ini.

Pinto Anugrah sang penulis menempuh pendidikan sebagai Sarjana Sastra Indonesia dari Universitas Andalas dan kini ia tengah merampungkan studi S2-nya untuk ilmu sastra di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

DImuat di Book Review Edisi 29 MALE Magazine detikcom http://male.detik.com/

No comments:

Post a Comment