Penulis : Pinto Anugrah
Halaman : 128 Halaman
Penerbit : Ning Publishing
Harga : Rp 45.000
Jika
Anda mengira ini adalah buku tentang kopi, Anda akan tertipu.
Walaupun judulnya “Kumis Penyaring Kopi” tidak serta merta bicara
tentang kumis ataupun kopi. Pinto Anugrah, sang penulis memaknainya
sebagai sebuah penyaring kultural bagi diri sendiri sebagai sebuah
individu. 'Kumis' adalah representasi dari tubuh, sementara 'kopi'
dari kultur, dan 'penyaring' sebagai representasi dari karya sang
penulis sendiri.
12
cerpen dalam buku ini merupakan karya penulis yang sebelumnya pernah
dipublikasikan di pelbagai media nasional bahkan memenangi beberapa
penghargaan untuk penulisan cerita pendek. Diantaranya meraih Cerpen
Pilihan Temu Sastrawan Indonesia II 2009, Lomba Cipta Cerpen Pemuda
Menpora RI 2010, Ubud Writers and Readers Festival 2011.
Sastrawan
muda kelahiran Tanah Datar, Sumatra Barat, 9 Maret 1985 ini
mengangkat realitas sosial dalam sebuah fiksi berbalut sejarah
budaya. Baginya, artefak-artefak budaya tersebut hidup dalam dirinya
dan meninggalkan tanda tanya tak berkesudahan hingga membuatnya ingin
selalu menulis kisah yang berpijak pada akar sejarah budaya tanah
air.
Dalam
“Emma Haven” penulis bertutur soal cinta, perbedaan, dan
perpisahan dengan latar zaman penjajahan Belanda. Penulis juga cukup
apik membawa keharuan dalam “Bakiak” dimana ia berkisah tentang
cinta sejati, kesetiaan, dan situasi politik pasca 1965. Membaca
lembar demi lembar buku ini seolah melemparkan saya dalam sebuah
lorong waktu, menghampiri potongan-potongan sejarah negeri ini.
Pinto
Anugrah sang penulis menempuh pendidikan sebagai Sarjana Sastra
Indonesia dari Universitas Andalas dan kini ia tengah merampungkan
studi S2-nya untuk ilmu sastra di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
DImuat di Book Review Edisi 29 MALE Magazine detikcom http://male.detik.com/
No comments:
Post a Comment