Saturday, August 11, 2012

Pusing Hadapi Istri 'Gila' Belanja


Istriku Joana senang sekali berbelanja. Tiap kali ke mal, supermarket, bahkan minimarket sekalipun, wajahnya selalu terlihat sumringah. “Papa, kalau Mama belanja, Mama jadi happy.” begitu selalu celetuknya. Dalam seminggu dia bisa ke mal sampai tiga kali dengan belanjaan yang membuat saya kadang tidak mengerti apa kegunaannya. Memang kalau sudah belanja ia jadi lebih sumringah dari biasanya tapi tentunya tidak sumringah dengan dompet saya! Bagaimana caranya supaya Joana tidak lagi ‘gila’ belanja dan mengapa perempuan begitu bersemangat ketika berbelanja? -Kenny Michael-

A. Kasandra Putranto, psikolog klinis dari Kasandra & Associates, menjawab, ada sebuah joke: Satu ketika, di sebuah mal seorang suami menggandeng terus istrinya. Lalu seseorang bertanya padanya, "Wah, mesra sekali. Koq istrinya digandeng terus Pak?' Sang suami pun menjawab, "Ah, biasa saja! Bukan apa-apa, kalau saya lepas nanti dia belanja!" 


Bukan Hanya ‘Hobi’ Perempuan
Dari joke di atas terbentuk satu gambaran bahwa perempuan hobi berbelanja (shopaholic). Itu tidak sepenuhnya benar! Perilaku membeli ada pada semua orang, baik perempuan maupun laki-laki. Perempuan (istri) sebagai figur sentral dalam keluarga, saat berbelanja bukan hanya membeli kebutuhannya sendiri tapi juga untuk kebutuhan suami, anak-anak, hingga asisten rumah tangga. Misal, istri membeli beras, yang kenyataannya juga dikonsumsi banyak orang (keluarganya). Terlebih saat-saat tertentu seperti pada hari raya, ia akan terlihat membeli lebih banyak lagi makanan, pakaian, dll. Padahal barang-barang tersebut tidak hanya untuk dia seorang.
Lalu apa betul hanya perempuan saja yang belanja gila-gilaan? Coba tengok kembali, pria mungkin memang jarang sekali terlihat berbelanja di mal. Namun jangan salah, begitu membeli suatu barang bukan tidak mungkin seorang pria bisa menghabiskan uang jutaan Rupiah. Contoh, membeli mobil, sound system set, siapa yang menentukan? Apakah perempuan ikut dilibatkan dalam pembelian barang-barang tersebut? Belum tentu bukan!

Pembeli Impulsif
Meskipun relatif jarang, ada orang tertentu yang masuk kategori ‘gila’ belanja. Mereka memiliki dorongan tersendiri. Kalau belum belanja rasanya belum puas, jadi sangat impulsif dan biasanya orang-orang sepeti ini tidak bisa mengendalikan dorongan itu, bahkan membiarkan dirinya berbelanja. Mereka melakukan sesuatu tanpa pertimbangan dan ini termasuk dalam impulsif perilaku. Perilaku impulsif ada yang memang sudah menjadi ciri seseorang, tapi ada juga menyadari ketika sampai di rumah bahwa apa yang dia beli tidaklah penting.

Rasa Senang yang Timbul Saat Belanja
Secara psikologis berbelanja kerap dijadikan pelarian oleh orang tertentu dari rasa sedih, patah hati, atau kesal. Karena saat berbelanja mengaktifkan endorphin yang membuat orang kemudian merasa lebih baik, memberikan perasaan senang. Yang berbahaya, ketika dengan berbelanja kita merasakan senang kemudian kita mengejar rasa senang itu walaupun bersifat semu. Misal, tak ada uang tapi mengejar ingin belanja akhirnya membayar dengan kartu kredit. Padahal barang tak terpakai sedangkan hutang menumpuk. Tentu, keuangan keluarga akan terganggu. Jika demikian, suami berhak meninjau kembali pengelolaan keuangan rumahtangga, termasuk tanggung jawab keuangan yang dipegang istri. Tegurlah istri supaya bisa mengerem hobi belanjanya tanpa menyinggung perasaannya.

5 Tips Ngerem Belanja 
untuk Si Shopaholic
-      Terapkan prinsip hidup bukan untuk hari ini saja.
-      Harus ada planning bagaimana mengelola keuangan ke depannya.
-      Kontrol keinginan untuk membeli. Jangan sampai lapar mata menyesal kemudian.
-      Pikirkan kembali penting tidaknya barang yang akan dibeli.
-      Buat catatan sebelum berbelanja, dan patuhilah catatan tersebut!


Sumber: Rubrik Ask our Expert, Tabloid Mom&Kiddie
Penulis: Rahma Anandita.

No comments:

Post a Comment