‘Dinding kering’ atau biasa disebut dengan ‘drywall’ merupakan sebuah system partisi
atau dinding dalam ruangan yang terdiri dari papan gypsum yang dipasang pada sebuah rangka dengan menggunakan
bantuan skrup khusus. Karena
pemasangannya yang tidak menggunakan campuran semen dan air, maka disebut drywall. Sangat berbeda dengan dinding
konvensional pada umumnya yang menggunakan batu bata, campuran semen, pasir,
dan air.
Di era modern seperti sekarang
ini, penggunaan drywall semakin
diminati karena banyak sekali kelebihannya dibandingkan dengan dinding
konvensional. Drywall sejatinya
digunakan sebagai dinding, tidak hanya sebagai partisi kantor tetapi juga untuk
ruangan-ruangan di rumah, hotel, rumah sakit, apartemen, sekolah, gedung
bioskop, hingga museum seni.
Patut diingat, papan gypsum yang
digunakan untuk drywall ini berbeda
dengan papan gypsum untuk plafon, karena merupakan system yang terdiri atas
rangka baja ringan yang dilapisi dengan papan gypsum dan direkatkan dengan
sekrup khusus untuk drywall, seperti
teknologi drywall system yang dimiliki
oleh Gyproc.
Gyproc merupakan merek papan gypsum
yang diproduksi oleh PT Saint-Gobain
Construction Products Indonesia (SGCPI), anak usaha dari Saint-Gobain -
perusahaan global asal Perancis yang bergerak di bidang building materials. Tahun 2007 adalah awal di mana papan gypsum
Gyproc mulai memasuki pasar Indonesia dan pada tahun 2014 SGCPI secara resmi
membangun sebuah pabrik di Cikande, Banten dengan
total nilai investasi sebesar USD 45 juta yang mampu memproduksi 30 juta
m2 papan gypsum per tahun.
Meskipun
total konsumsi gypsum di Indonesia masih relatif rendah, namun Gyproc yakin
dengan potensi yang ada, pasar Indonesia dapat ditaklukkan. Apalagi kondisi
kebutuhan perumahan di Indonesia pada saat ini masih sangat tinggi. “Penggunaan
papan gypsum merupakan solusi tepat dalam menjawab kebutuhan hunian, karena produk
ini memiliki sifat yang mudah diaplikasikan, cepat dalam pengerjaan, memiliki
daya tahan lama, serta ramah lingkungan,” kata Hantarman Budiono, Managing
Director PT Saint-Gobain Construction Products Indonesia (SGCPI.
Rendahnya pemakaian gypsum di Indonesia berbeda dengan negara tetangga
kita yaitu Singapura. Masyarakat di Singapura telah banyak menggunakan drywall. Seperti yang diungkapkan oleh Marketing Director SGCPI, Won Siew Yee, “Pemerintah
Singapura tengah mendorong penggunaan drywall
untuk menggantikan dinding bata sebagai usaha perlindungan terhadap
lingkungan. Bahkan keseriusan pemerintah Singapura tersebut telah diwujudkan
dalam bentuk regulasi dan menargetkan 80 persen dari bangunan-bangunan yang ada
di sana, sudah tersertifikasi ‘green mark’
pada tahun 2030 nanti.”
Produk Ramah Lingkungan
Dalam menjalankan bisnisnya, Saint-Gobain
sangat peduli terhadap
keberlangsungan lingkungan. Termasuk papan gypsum Gyproc, di mana produk
tersebut dapat terus didaur ulang dan tidak berbahaya bagi lingkungan, karena
sifatnya yang non-toxic. Lebih dari itu, Saint-Gobain juga didukung oleh divisi Research & Development yang mumpuni
sehingga menghasilkan terobosan-terobosan dalam hal inovasi produk ramah
lingkungan. Seperti produk Gyproc jenis ThermaLine
misalnya, produk ini mampu menjaga suhu di dalam ruangan tetap stabil sehingga dapat menghemat
penggunaan listrik untuk pendingin udara.
Ada pula FireLine, yang merupakan
campuran senyawa gypsum dengan bahan khusus untuk meningkatkan kohesivitas pada
suhu tinggi sehingga memberikan hasil akhir yang maksimal terhadap performa
ketahanan api tanpa melupakan estetika desain interior. Hantarman menambahkan, “Produk ini memiliki ketahanan
terhadap api yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dinding bata, sehingga
memberi waktu yang lebih banyak, bisa hingga sampai empat jam dan sangat
membantu saat proses evakuasi ketika terjadi kebakaran.”
Tipe lainnya, yaitu Activ’Air dapat
menyaring udara dalam ruangan dengan menyerap formaldehyde yang ada di ruangan tersebut menjadi partikel-partikel
yang aman bagi kesehatan. Produk-produk bahan bangunan seperti cat, furniture dan
banyak peralatan di dalamnya seringkali mengandung formaldehyde. Bau yang menyengat, yang terdapat pada bangunan yang
baru dibangun merupakan indikasi bahwa ruangan dalam bangunan tersebut
mengandung formaldehyde yang dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Foto: dokumentasi SGCPI
No comments:
Post a Comment