“Individu
yang terobsesi dengan pikiran-pikiran seksual sehingga mengganggu
aktivitasnya sehari-hari seperti tidak dapat bekerja dengan baik,
menjalin hubungan, dan lain-lain, kecanduan seks seperti itu banyak
yang menyebutnya sebagai bentuk perilaku obsesif kompulsif,” tulis
Christian Nordqvist dalam What Is Sexual Addiction
(Compulsive Sexual Behavior)? What Causes Sexual Addiction? di
MedicalNewsToday.com.
![]() |
Sumber gambar: http://addicta.org |
Seperti jenis kecanduan lainnya, karakteristik umum orang
yang hidup dengan kecanduan seks adalah
penyangkalan bahwa ia memiliki masalah itu. Padahal jelas sekali ia
tidak bisa mengontrolnya. Orang-orang yang kecanduan seks biasanya
ditandai dengan perilaku, diantaranya;
- Berulangkali gagal menahan dorongan dalam tindakan ekstrim seks cabul.
- Sering terlibat dalam taraf yang lebih besar atau periode waktu yang lebih lama.
- Munculnya keinginan yang terus-menerus serta usaha-usaha yang gagal untuk berhenti, mengurangi, atau mengontrol perilaku kecanduan seks.
- Menghabiskan banyak sekali waktu untuk memperoleh seks.
- Keasyikan dengan perilaku tersebut.
- Terganggunya aktivitas bekerja, kuliah, pekerjaan domestik atau kegiatan sosial karena urusan seks.
- Membutuhkan peningkatan intensitas, frekuensi, jumlah, atau risiko perilaku untuk mencapai efek klimaks yang diinginkan.
- Beralih ke rasa tertekan, munculnya kecemasan, kegelisahan, atau kekerasan jika tidak mampu terlibat dalam perilaku yang berkaitan dengan Sexual Rage Disorder (SRD).
Organisasi kesehatan dunia, WHO dalam klasifikasi penyakit
internasional, mendiagnosis dorongan seksual berlebih termasuk
kecanduan seks. Tapi sayangnya, dipaparkan oleh Nordqvist, sampai
saat ini kecanduan seks belum dianggap sebagai sesuatu yang serius.
Padahal, dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of California, Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat (AS), kecanduan seks diakui sebagai kondisi mental. Sebuah tim peneliti dari UCLA, setelah melakukan studi komprehensif menyimpulkan, kecanduan seks benar-benar ada dan bisa menghancurkan keluarga, hubungan dan kehidupan. Hal itu dipublikasikan dalam Journal of Sexual Medicine, 20 Oktober 2012.
Dr. Rory Reid yang memimpin
penelitian itu, seorang research psychologist dan
asisten profesor psikiatri di Semel Institute of Neuroscience and
Human Bevavior, UCLA, mengatakan, "Gangguan
hiperseks yang dianggap sebagai gangguan mental yang sebenarnya
adalah orang yang mengalami fantasi seksual berulang, perilaku, dan
dorongan yang mendesak, berlangsung lebih dari enam bulan. Tapi bukan
karena faktor pengobatan, kondisi medis
lain, penyalahgunaan zat atau episode manic terkait dengan gangguan
bipolar.”
Tak
ada salahnya jika mengalami karakteristik seperti di atas, segera
berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater guna penanganan lebih
lanjut.
Sumber: MedicalNewsToday
No comments:
Post a Comment