Percaya atau tidak, ternyata deadline
alis tenggat waktu yang kronis dapat berujung menjadi malapetaka bagi
kesehatan Anda lho!
Apakah
pekerjaan Anda selalu bersinggungan dengan deadline? Atau jangan-jangan
Anda justru merasa lebih termotivasi dan bekerja lebih baik karena deadline? Kimberly
Key, seorang praktisi psikologi sekaligus mantan presiden divisi dari American
Counseling Association membeberkan dampak dampak buruk deadline bagi
otak, kesehatan, dan hasil kerja kita.
Kimberly yang juga penulis buku Ten Keys
to Staying Empowered in a Power Struggle ini, mengungkapkan di situs
Psychologytoday.com (15/6/2015) mengenai tantangan yang kita temui di era budaya internet yang serba cepat seperti
sekarang ini, menjadikan kita orang-orang yang berorientasi pada deadline. Menunda-nunda
pekerjaan hingga deadline tiba tidak hanya membuat kita stres tapi juga
dapat membunuh sel-sel otak, mengurangi kreativitas, dan melemahkan kesehatan
seseorang. Lebih buruk lagi, deadline ibarat candu yang membuat orang
ketergantungan tak ubahnya seperti seorang pecandu kafein yang menyelesaikan
pekerjaannya sambil menyeruput secangkir kopi hitam panas.
Berbagai gejala akan muncul seiring
kejaran deadline, antara lain emosi dan hormon stres meningkat. Tak
hanya itu, sakit kepala serta masalah pencernaan juga akan muncul, dimana hal
itu merupakan salah satu gejala pertama yang muncul ketika hormon stres
mengambil alih.
Tentu Anda tidak ingin seperti itu terus
bukan? Kimberly memberikan beberapa solusi praktis untuk Anda yang selalu
berkejaran dengan deadline. Berikut tip darinya:
Pertama, cobalah untuk mengubah cara
bekerja Anda saat deadline mulai mendekat. Cobalah mengerjakan tugas sebelum waktu deadline tiba lalu
hadiahi diri Anda sendiri karena telah berhasil menyelesaikannya sebelum deadline.
Perlahan namun pasti, perubahan kebiasaan ini akan membantu Anda terhindar
dari ketergantungan deadline. Stres berkurang, produktivitas kerja
meningkat, lebih kreatif dan inovatif.
Kedua, luangkan waktu beberapa kali dalam
sehari untuk bernapas dalam-dalam lalu hembuskan pelan-pelan. Mendengarkan
kicauan burung di pagi hari, mencium bunga mawar, dan berjalan di rumput tanpa
menggunakan alas kaki. Hal-hal seperti itu tampaknya sepele, namun dapat
membetuk sisi spiritualitas kita dan sangat baik untuk fungsi otak secara
keseluruhan. Studi mengenai spiritualitas seperti doa dan “Ilahi” telah
mengungkapkan manfaat kesehatan yang luar biasa seperti penurunan tekanan
darah, menurunkan stres dan meningkatkan kekebalan tubuh.